One thought on “Strange Men

  1. Weleh..weleh…

    Melihat foto-foto di atas, saya jadi ingat kisah nyata tentang seorang pria Inggris bernama John Merrick (1863-1890). Mungkin sebagian dari kita tidak tahu siapa dia, namun kalau kita sebut “The Elephant Man”, mungkin banyak dari kita yang tahu atau setidak-tidaknya pernah mendengar julukan tersebut. Ya, “The Elephant Man” adalah sebuah satir nyata tentang sejarah pahit kehidupan seorang manusia bernama John Merrick. Sejak usia 4 tahun dia sudah dieksploitasi dalam pertunjukan sirkus keliling. Berbeda dengan artis-artis sirkus yang sangat attractive karena keahlian akrobatiknya, keahlian sulapnya, kemolekan fisiknya dan lain-lain, John Merrick justru menjadi tontonan karena bentuk fisik terutama wajahnya yang sama sekali berbeda dari manusia pada umumnya. Tonjolan-tonjolan tulang dan daging yang tidak beraturan, lipatan-lipatan kulit yang menggelambir di sekitar wajah dan tubuhnya, hidung yang menyerupai belalai gajah (karena itu ia dijuluki “elephant”), jamur yang tumbuh di kulit bernanahnya sehingga menimbulkan bau spesifik dan beberapa hal lain yang aneh menurut ukuran umum justru menjadi daya tarik yang membuat ironisnya orang-orang mau membayar hanya untuk melihat. Sampai pada akhirnya John Merrick berhasil diselamatkan oleh seorang dokter bernama Travis, yang kemudian membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Walaupun pada akhirnya John Merrick meninggal di rumah sakit tersebut karena mungkin penyakitnya sudah sedemikian parah menggerogoti daya tahan tubuhnya.

    Nah, kejadian serupa juga sering kita lihat di negara kita. Event-event berisi pertunjukan saudara-saudara kita yang fisiknya dinilai tidak sama dengan kita hampir selalu dipadati pengunjung. Seperti gambar di atas, kalau saya tidak salah lihat, satu dari bintang pertunjukan di atas adalah Dede (38 tahun) asal Kabupaten Bandung. Mungkin kita bingung ya, Dede? Siapa dia?
    Sama seperti “The Elephant Man”, kalau saya sebut “Si Manusia Akar” atau “Manusia Seribu Kutil”, pasti lebih banyak dari kita yang langsung connect. Dari seorang kawan, saya mendapat informasi bahwa Dede “memperoleh” kelainan tersebut karena ilmu “Batara Karang” yang ia tekuni tidak tuntas diturunkan kepadanya. Dahsyat bukan? Jangankan berpikir tentang Human Papilloma Virus-2 (HPV-2) atau penyebab penumbuhan kutil-kutil raksasa itu, bahkan berpikir logis tidaknya dongeng tentang ilmu Batara Karang pun kita sudah malas. Kita memang lebih memilih sesuatu yang tidak perlu logis apalagi edukatif, yang penting menghibur selera purba kita. Kalau Pak Presiden SBY tidak menginstruksikan supaya Dede segera dirawat, saya tidak yakin Dede akan diperhatikan seperti ini.
    Menyedihkan sekaligus mengerikan ya, di negara yang sangat birokratif dan padat karya ini, kita masih perlu figur seorang Presiden untuk concern terhadap kutil (dan juga ngantuk)… ck..ck..ck…

    Bicara soal antusiasme, sangat kontras apabila kita bandingkan dengan animo kita untuk mengunjungi museum, seminar-seminar gratis bermateri ilmiah atau sosial yang sebenarnya sangat berguna menambah wawasan. Apabila pertunjukan orang “aneh”, konser dangdut dan lainnya ada banyak pengunjung yang tidak kebagian kursi, maka di kebanyakan seminar ilmiah kita justru dapat melihat begitu banyak kursi yang tidak kebagian diduduki pengunjung alias sepi..pi..pi..
    Mungkin untuk kebanyakan dari kita, sesuatu yang perlu dipikirkan akan sangat mengganggu kesegaran dan orisinalitas otak kita (sampai-sampai ada joke bahwa dalam lelang otak bekas internasional, otak orang kita selalu dijual paling tinggi karena masih “bau pabrik” alias orisinil karena begitu jarangnya diperas)

    Pertanyaan saya: “Sebenarnya yang “sakit” dan “aneh” itu siapa?”
    Mereka yang ditonton, atau……..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s