Meyikapi Natal dari Aqidah ke Islaman

Oleh : Ali Syarief

Sewaktu kecil, sering di ajarkan bahkan disuruh menghafalkan, mengenai Rukun Iman dan Rukun Islam. Rukun Iman itu, Iman kepada Allah. Kepada para Nabi sebelum Muhammad SAW, Kitab Suci sebelum Al-qur’an, Iman Kepada adanya Malaikat, Iman kepada taqdir dan qadla sertya Iman kepada hari qiamat. Dogma ini, dengan mudah bisa kita tafsirkan, sejatinya “tidak ada agama yang sangat dan paling toleran kecuali Al-Islam”. Ini sikap dan pendapat saya, secara pribadi.

Seterusnya Saya tergelitik oleh salah satu ayat didalam Al-qur’an, tepatnya dalam salah satu surat Al Hajj, sebagai berikut : “ ya ayuhannasu ittaku robbakum”, yang artinya : “ wahai manusia bertaqwallah kepada Tuhan-Tuhan mu”. Ini kemudian saya artikan kata Rob itu adalah Tuhan. Robnya orang Islam adalah Allah, Rob nya orang Hindu adalah Sangyang widiwase, Robnya orang Yahuidi adalah Adonai. Robnya orang Kristiani adalah Allah (tapi di baca Alah).

Berkaitan dengan hadirnya Natal ini, umat Islam hampir di seluruh dunia, secara resmi akan tetap berpegang kepada fatwa-faywa Ulama, bahwa mengucapkan selamat Natal, apalagi turut kebaktian, akan diartikan sebagai “pelanggaran aqidah”, kecuali (masih ada yang agak moderat) soal bersikap sebagai sesama teman, sahabat, atau tolerasi antar umat beragama, ada sebagaian yang melanggar fatwa-fatwa itu, dengan berkunjung ke teman2nya yang sedang merayakan Natalan.

TV ABC Australia tahun lalu, dalam acara menjelang Natal, menurunkan laporan feature dari Jakarta. Acara ini menjadi sungguh menarik perhatianku, karena laporan tentang menyambut natalan di mall mall Jakarta. Apa yang mengharukan saya adalah, ketika seorang Ibu yang berpakaian jilbab menyampaikan statemenya, bawa dia sangat senang dengan Mall-Mall yang menghiasi ruangan dengan nuasa Christmas. Ada pohon natal, santa clause, snowing, dengan semua atribut natal yang lazim kita lihat. Musik-musikpun mengalun seperti biasa kita nikmati menjelang natal. White Chirstmas. Pelayan-pelayan berbaju berwarna warni berpakaian santa dengan topi khasnya. Saya menangkap kesan bahwa orang Australia bila melihat acara ini, akan sedikit-demi sedikit mulai berubah. Islam yang dalam benak orang Barat terskesan sangat keras, kejam bahkan biadab, seperti mereka menilai bagaimana Amrozi Cs membunuh ratusan orang yg tidak berdosa, dimana korban diantaranya adalah orang Australia.

Sikap ibu yang berjilbab itu, sebenarnya sosok manusia modern yang tidak bisa menafikan adanya perbedaan sebagai suatu keniscayaan. Rukum Iman antara lain menuntun kita supaya mengimani kitab-kitab sebelum Qur’an dan percaya kepada nabi-nabi sebelum Muhammad. Kita boleh mengapresiasi kepada si Ibu yang berjilbab itu, tetapi sesungguhnya kita juga bisa berbangga hati kepada kearifan lokal yg sesungguhnya pernah hidup dalam budaya kita. Coba kita lihat letak Candi Borubudur (Budha) dan Candi Prambanan (Hindu). Letaknya tidak terlalu jauh. Ini artinya orang Budha dan Orang Hindu bisa hidup berdampingan dan harmonis pada waktu itu. (Ini saya dengar dari temanku). Terakhir ingin saya kutip salah satu ayat qur’an juga : “ aku ciptakan manusia itu berbangsa-bangsa, bersuku-suku, supaya kamu sekalian salaing kenal mengenal. Dan dimataku adalah orang yang paling bertaqwa”…

Jadi kita berbeda adalah karena-Nya.

4 thoughts on “Meyikapi Natal dari Aqidah ke Islaman

  1. kalau pun nampak ada ‘perbedaan’ diantara para pemeluk agama-agama itu, sejatinya lebih disebabkan para pengikut, penganut dan peng-iman-nya belaka. Tak ada anjuran, apalagi perintah dari para pembawa ‘kata-kata’ suci tersebut (rasul, nabi, orang baik dlsb) untuk saling bermusuhan, bertentangan & berseteru satu sama lain.

    oleh sebab itu, kembalikan kepada masing-masing pemeluk agama apa saja,…apakah mereka mau mengikuti jejak ulama-ulamanya atau para pembawa ‘kata-kata’ suci itu.

    Ali jangan-2 pusing-pusing pengaruhi Olih, biarkan saja dibegitu, karena sudah dicetaknya begitu,…hahaha

  2. Dulu saya pernah update status di FB yang intinya gini “Haram Hukumnya bagi seorang muslim mengucapkan Natal pada kaum Kristiani”.. olalala, langsung diberndong komen2 pedas, but ya… saya mah santai aja, udah yakin kok… 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s