Perjalanan saya ke pedalaman Papua, memahami suku Korowai, mendapat pelajaran yang sangat berharga, terutama yang berkaitan dengan judul tersebut. Memilih jodoh, istri sebagai temen hidup. Kalau value agama, istri harus dilihat, bukan karena kecantikannya, apalagi hartanya, tetapi factor keagamannya yang lebih utama.
Ada beberapa kasus lain, yang akan saya tulis di bawah ini, berkaitan dengan cara memilih teman hidup kita, yang baik, menurut suku yang kita anggap sangat primitive itu.
Sebutlah saja si Nati, seorang pemuda suku Korowai, yang memiliki istri, dua. Istri yang pertama, manis muda belia, menurut ukuran suku Korowai, sedangkan istri mudanya, tua dan tidak lebih cantik dari istri tuanya yang lebih muda. Saya jadi penasaran, kenapa si Nati itu mau mengawini istri muda dan lebih tua serta tidak lebih cantik dari istri mudanya yang cantik itu. Saya tanyakan kepada Nati, Kenapa? “ooh..dia itu pekerja keras Pak, dia sangat kuat, bisa mencari makanan, pinter membuat sagu”, jawabnya datar.
Rupanya, bagi suku korowai, yang hidupnya diatas pohon, karena rumahnya dibuat diatas pohon yang tinggi, istri yang baik adalah istri yang pandai mencari makanan sendiri.
Berbeda dengan Pangeran Charles, dunia sempat menyaksikan upacara perkwainan dengan Lady Diana, adalah perkawinan yang termegah, sangat berbahagia, karena salah satunya kecantikan Putri Diana yang mempesona. tetapi at the end, ternyata pangeran Charles berslingkuh dengan Kamila, wanita yang tidak terlalu cantik, tidak popular dan bukan Lady. Semua dibawah Lady Diana. Tetapi Charles sangat mencintainya, dan akhirnya menjadi istri Charles.
Rupanya, bagi Pangeran Charles, sehingga jatuh hati kepada Kamila, karena Kamila, membuat lebih nyaman Pangeran Charles, sehingga Pangeran menjadi dirinya, bukan menjadi seperti apa yang Lady Di inginkan. Lady Di, suka bersolek, hingga Pangeran Charles harus menunggu hingga 3 jam, untuk keperluan bersama. Lady Di, ternyata lebih populer dari pada dirinya, dan ini membuat situasi Charles dan kerajaan menjadi gusar. Dan Lady Di ternyata bukan sebagai Ibu yang baik, iya sibuk dengan branding dirinya.