Walau khewan tidak di bekali akal, tapi hidupnya tetap eksis sebab ada instinctnya. Karena itu khewan tahu mana yang benar (haq) dan salah (bathil) dalam memilih makanan umpamanya. Gajah yang berada di habitatnya, ia tetap herbivore dan Singapun tetap Carnivora. Begitupun dalam menentukan pasangan birahinya, ia tidak akan salah pilih, yang jantan tetap memilih betina. Tidak seperti manusia.
Sekarang coba kita tengok sosok makhluk manusia, yang disebut juga sebagai khewan dalam terminology Arab, yaitu khayawan, ia dilengkapi isntict dan sekaligus nalar alias akal sehat. Seharusnya makhluk manusia, khayawanun nathiq-binatang berakal ini, menjadi sosok yang sempurna karena kelengkapan instinct (naluri) dan akal rasionya (sense). Tetapi dalam realitasnya, kadangkala nalurinya dikalahkan oleh akal sehatnya atau sebaliknya akal sehatnya dibimbing oleh nalurinya.
Instinct manusia beda dengan instinct binatang. Instinct binatang nampaknya given (sudah dari sononya ) sedangkan instinct manusia dibentuk oleh lingkungan peradabannya. Contonya anak ayam, begitu ia lahir ia tahu apa yang dimakannya. Sedangkan manusia yang hidup di Jawa, ia harus diperkenalkan kalau pepeda (sagu) itu adalah juga makanan manusia.
Sekarang saya ingin mengajak anda menyimak pengalaman diri pribadi saya, mengenal bangsa lain. Mayoritas masyarakat China tidak mengenal apa itu Tuhan, karerena peradaban masyarakatnya tidak bertuhan. Jadi akal sehatnya di bimbing oleh instinctnya tidak percaya atas adanya eksistensi Tuhan. Di Eropah, eksistensi Tuhan ada dalam peradaban mereka, tetapi akal sehatnya membimbing instinctnya, karena akal sehatnya tidak percaya lagi akan adanya eksistensi Tuhan. Jadilah pada Atheist.
Doooh Pak Ali…kalau bicara soal menjadi atheist…saya nyusut menghilang aja dulu ach. Tapi saya tahu (Pak Ali juga sdh diberitahu namanya kan) seseorang yang atheist asli. Orang ini luar biasa sopan dan santun, ramah dan tidak pernah menghalangi anak cucunya yang aktif beragama.
Orang ini adalah seorang professor yang tinggi sekali IQ-nya, mengabdi pada ilmu, manyandang gelar akademis yg ber-talu2.
Rajin membaca dan menulis buku, ahli matematika, ahli ini ahli itu.
Menurut dia…semua harus bisa dibuktikan dengan ilmu atau science.
Saya terus terang tidak bisa mengikuti jalan pikirananya 100%.
Tapi saya menghormati dia sebagai seorang manusia yang berbudi tinggi dan berhati rendah.
artinya utuk mejadi berbudi luhir dan baik tidak peru beragama kan? hehehehehe Silahkan beragama sepuasnya ya hahahahaha