Indonesia Memilih

Ini persoalan penting. Memilih pemimpin pada hakekatnya menentukan apa yang akan terjadi di kemudian hari. Artinya ada persoalan menentukan nasib diri dan anak cucu kita di dalamnya, atau yg lebih luas dari itu. Nation building.

Masing-masing tentu ada cara sendiri-sendiri, dalam menentukan jatuh pilihan kepada pasangan Capres siapa. Bila anda sebagai seorang yang religious umpamanya, maka pertimbangan-pertimbangan pilihan ada pada ranah seperti “moralitas/akhlaq, ketauhidan/keyakinan, kemampuan menjaga amanah, kejujuran”, dan seterusnya. Sebut saja model pertimbangan emosional.

Tetapi bila anda merasa sebagai seorang intelektual, maka pertimbangan pilihan, ada pada ranah, “visi misi si calon, antisipasi bila si calon memimpin; siapa yang akan menjadi partner bekerjanya, kemampuan mentukan program-program strtegsinya, karena harus menjawab tantangan persoalan bangsa yang sedang terjadi. Kemampuan menetapkan program yg tepat, realistis dan perlu, termasuk kepribadiannya”, dan seterusnyadan seterusnya. Sebut saja model pertimbangaan rasional.

Ada juga, orang memilih calon-calon pemimpin itu, ikut–ikutan kemana arus kebanyakan public cenderung. Ikut bagaimana ramainya saja. Kelompok ini mengikuti model bebek. Ikut kemana bebek yang ada didepan melangkah. Seperti penikmat lagu-lagu Pop.

Juga tidak sedikit, yang menentukan pilihannya, atas dasar suka atau tidak suka. “pokoknya saya suka karena badannya tinggi dan besar”, umpamanya. Pokoknya saya tidak suka karena badannya kerempeng, dst. Biasanya yang model begini itu adalah “anak-anak di bawah umur”.

Antisipasi terhadap persoalan model manusia yang memilih karena ikut arus dan yang ke kanak-kanakan itu, maka Calon2 Pemimpin, siapapun yang akan di pilih oleh rakyat, tidak boleh beresiko!!!. Seperti kalau pilih si A, nanti kerjanya cuman plunga plengo saja, atau bila pilih si B, nantinya akan di protes dunia, karena dikenal sebagai pelanggar HAM dan kalau pilih si C, nantinya Sumber Daya Alam kita habis di korup untuk kepentingan usaha dirinya.

Sayang nampkanya UU recruitment calon pemimpin kita, tidak menyeleksi hingga ke arah situ.

Untuk Presiden Republik Indonesia

Pagi-pagi di telpon seorang Pensiunan Jenderal, veteran yg masih hidup bersama kita, dia mengatakan begini :”Bung Ali, ini negara seperti apa? Tidak jelas siapa yg berwenang, dst”…lalu, “saya ingat idea Bung Ali mengenai BREM (Bandung Raya Environmental Management), apa mungkin bisa kia wujudkan?’, ujarnya. BREM itu sebenarnya, bagaimana mengelola kelangsungan sungai Citarum, karena di sungai itu ada 3 mega proyek penghasil listrik ribuan mega watts,PLTA Saguling, Jatilihur dan Cirata,  yg mensupply listrik untuk Jawa dan Bali. Jadi kalau sumber airnya dari sungai Citarum itu, tidak di pelihara, maka kiamatlah Indonesia. Sebab tdk ada listrik, artinya tak ada kehidupan!!!.

Celaknya, baik pemda jabar dan apalagi pusat, kurang peduli dg sungai tersebut, sehingga PBB telah menetapkan sungai Citaurm adalah salah satu sungai yg terkotor di dunia.