Ini persoalan penting. Memilih pemimpin pada hakekatnya menentukan apa yang akan terjadi di kemudian hari. Artinya ada persoalan menentukan nasib diri dan anak cucu kita di dalamnya, atau yg lebih luas dari itu. Nation building.
Masing-masing tentu ada cara sendiri-sendiri, dalam menentukan jatuh pilihan kepada pasangan Capres siapa. Bila anda sebagai seorang yang religious umpamanya, maka pertimbangan-pertimbangan pilihan ada pada ranah seperti “moralitas/akhlaq, ketauhidan/keyakinan, kemampuan menjaga amanah, kejujuran”, dan seterusnya. Sebut saja model pertimbangan emosional.
Tetapi bila anda merasa sebagai seorang intelektual, maka pertimbangan pilihan, ada pada ranah, “visi misi si calon, antisipasi bila si calon memimpin; siapa yang akan menjadi partner bekerjanya, kemampuan mentukan program-program strtegsinya, karena harus menjawab tantangan persoalan bangsa yang sedang terjadi. Kemampuan menetapkan program yg tepat, realistis dan perlu, termasuk kepribadiannya”, dan seterusnyadan seterusnya. Sebut saja model pertimbangaan rasional.
Ada juga, orang memilih calon-calon pemimpin itu, ikut–ikutan kemana arus kebanyakan public cenderung. Ikut bagaimana ramainya saja. Kelompok ini mengikuti model bebek. Ikut kemana bebek yang ada didepan melangkah. Seperti penikmat lagu-lagu Pop.
Juga tidak sedikit, yang menentukan pilihannya, atas dasar suka atau tidak suka. “pokoknya saya suka karena badannya tinggi dan besar”, umpamanya. Pokoknya saya tidak suka karena badannya kerempeng, dst. Biasanya yang model begini itu adalah “anak-anak di bawah umur”.
Antisipasi terhadap persoalan model manusia yang memilih karena ikut arus dan yang ke kanak-kanakan itu, maka Calon2 Pemimpin, siapapun yang akan di pilih oleh rakyat, tidak boleh beresiko!!!. Seperti kalau pilih si A, nanti kerjanya cuman plunga plengo saja, atau bila pilih si B, nantinya akan di protes dunia, karena dikenal sebagai pelanggar HAM dan kalau pilih si C, nantinya Sumber Daya Alam kita habis di korup untuk kepentingan usaha dirinya.
Sayang nampkanya UU recruitment calon pemimpin kita, tidak menyeleksi hingga ke arah situ.
di Negeri Amplop ini semua bisa diamplopi , termasuk suara rakyat .dan telah terbukti Pileg yang baru saja selesai , maling pun kalau punya amplop bisa beli suara rakyat , realitas yang tak bisa dibantah semakin rusak nya demokrasi amplop , ini bukan hanya rakyat yang diamplopi perangkat penyelenggara juga di amplopi .
Setuju