Saking banyaknya guru yang telah mengajariku, tetapi yang teringat hanya Ibu Suhaebah, yang pertama kali mengajari aku bisa membaca dan berhitung. Masih terbayang raut mukanya bahkan senyum keihlasannya saat mengeja huruf demi huruf membimbimbingku dulu. Mengajari menulis pada subak. Ia masih berkebaya, bila mengajar dan berjalan kaki dari rumah ke tempat dimana ia mengajar. Keberhasilannya mengajariku, telah membawaku, membuka jendela dunia. Bisa singgah di seluruh permukaan bumi ini.
Kalaulah masih hidup, saya ingin bertemu dengan Ibu Suhaebah, dan ingin bersujud kepadanya, sebagai ungkapakan rasa terima kasih ku.
Sementara ada guru lain, yg mengarjarkan berbeda dengan Ibu Suhaebah. Ia pakaiannya, kadang-kadang berjas dasi, seperti orang Amerika. Kata-katanya memukau-ku. Ketika ditanya, siapakah yang menciptakan bumi ini? Jawabnya, yang di atas. Siapakah yang menciptakan diriku? Jawabnya, Yang Maha pencipta. Siapakah yang menciptakan semua ini? Masih jawabnya Dia yang maha segalanya.
Kalaulah saya ketemu dengan sang guru ini, saya ingin meludahi mukanya. Memberi jawaban seperti itu, hanya membunuh anugrah akal. Jauhi dia.
Ramadan 15,1435
Pasti Guru yang nggak akan di ludahi tapi diajakain Canda pasti Guru Harry Abraham,hua…hua…,hua..
Hehehe prof. Harry