Awal kejadiannya di salah satu hotel di Singapore, nama hotelnya hotel Miramar. Karena miss management, lantas hampir dinyatakan hotel tsb collapse dan mau ditutup. Sampai akhirnya si GM memanggil seluruh karyawan dan menuturkan bahwa hotelnya sedang menuju kehancuran. Dalam pertemuan tersebut diulang-ulang, bahwa Management menerima berbagai saran dan usulan, mengenai penyelematan hotel tersebut. Sudah barang tentu, upaya menyelematkan ini dilakukan juga dengan berbagai pertemuan bersama para senior managernya.
Suatu hari, datanglah seorang make up room boy ke ruangan General Manager. Make Up Room Boy adalah staff hotel yang paling bawah levelnya, dan bertugas hanya membersihkan kamar tidur dan kamar mandi didalam kamar hotel tersebut. Si Make Up Room Boy tersebut menyampaikan pikirannya kepada General Manager, sebagai berikut : ” Bagaimana kalau (What if), para tamu tidak mengganti handuk, sprei dan selimbut setiap hari?”, tanya nya. Si GM langsung terpernjat dengan gagasan staff nya yang paling bawah tersebut, karena memang kerugian hotel, atau lost, yang terbesar adalah dari Loundry Department.
Si GM kemudian mem folow up nya, dengan melakukan serangkaian wawancara kepada tamu hotel, bila gagasannya bisa diterima, yaitu “bagaimana kalau (what if) tidak mengganti handuk, sprei dan selimbut setiap hari?”. Hasil survey ternyata hampir 90% tamu tidak berkebaratan!.
Akhirnya, dengan rumus tersebut Hotel Miramar menjadi maju kembali, dan eksis sampai sekarang, karena bisa menghemat menurunkan tingkat lostnya hingga 75%. dan sejak itu pula, hotel-hotel di seluruh dunia, membuat warning tag di setiap kamar mandi, untuk menghemat penggunaan sabun, shampoo, dll dengan dalih environmental care.
Selamat mencoba “what if” dalam menyelesaikan masalah anda!.