Saya faham, kalau sebagian umat islam, masih sangat sensitive berkaitan dengan kehadiran hari natal ini, baik soal penyampaian ucapan selamat kepada yang merayakannya, maupun peristiwanya itu sendiri. Karena pemahaman ajaran islam yang tidak komprehensif, maka lahirlah tafsir “haram” hukumnya, untuk, bahkan, mengucapkan “Selamat Hari Natal”, apalagi untuk merayakannya.
Pengalaman hidup di Negara-negara yang sudah luntur nilai-nilai religiusitasnya, seperti di USA, Eropah dan Jepang, perayaan natal masih menjadi event penting bagi mereka. Saya menyaksikan masyarakat yang secara umum adalah penganut atheist, di German Timur, mereka tetap merayakan natal seperti lazimnya terjadi dimana mana. Lebih personal sempat saya tanya kepada teman germanku, Do you celebrate Christmas? I do. It’s good event. We meet all families, having meals together and drinks and we are so happy. But there is nothing to do again with belief, tambahnya.
Kita juga faham, bahwa nilai-nilai keagamaan, khususnya Kristen terutama, di Negara-negara maju, sadah lama di tinggalkanya penganutnya. Di Amerika, umpamnya, yang setiap tahun jumlah atheisnya terus meningkat, perayaan natal, tetap massive. Hingar bingar natal seolah-olah menjadi perisitiwa budaya, bagi yang sudah meninggalkan kekristennya, tetapi bagi sebagian lagi masih tetap sebagai rituals event.
Di Jepang, setiap masuk bulan Desember, nuansa Christmas mulai terasa, Warna warni hiasan khas natal. Musik gospel spesifik Natal menggema dimana-mana, dan yang terpenting, discount natal ada disetiap malls seolah-olah Jepang adalah masyarakat Kristen. Tetapi tanggal 25 Desember di Japang, bukan hari libur dan mereka tetap bekerja seperi biasa.
Di Indonesia, pun demikian. Sudah terbiasa kita merasakan suasana natal di setiap akhir bulan Desember, di mall-mall, di siaran-siaran teleivisi, Radio dan Surat kabar, di di jalan-jalan, christmas characters itu selalu menghiasinya.
Apa pesan yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini, kepada umat islam, tidak perlu phobia, jalani dan syukuri saja. Mereka yang merayakannya itu, ciptanyaanya juga bukan? Yang diciptakan berbeda dengan takdir anda.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ [٤٩:١٣]
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Qs.al-hujuraat:13)