MELAKONKAN WAYANG ALAM

Setelah Aku pindah kekursi barisan penononton

Supaya bisa lebih luas pandang

Sekarang menjadi terterawang

Awas pandang

Aku, bahkan, bisa membaca lakon diriku sendiri

Peran adeganku sendiri

Geli jadinya.

Ternyata peranku sama

Umum

Lalu terbacalah banyak Aneh

Tidak paralel dengan naskah alam

Yang ku lakonkan adalah  tutur pinutur

Fatwa Saur Sepuh

Jarene

Jadinya Salah aksi

Alam Yang membebaskan ku

Fatwa memagarinya

Alam Yang tidak menghukumi

Fatwa memutus perkara sejak diawal

Tanpa Hakim Yg jujur

Alam Bisa Menjelaskan dirinya sediri

Baru layak diyakini

Pesan Fatwa memaksa untuk Percaya dironde awal pada yg tak ada.

Tidak terlambat

Karena memang untuk mendapat oxygen faham itu  perlu menjelajah

Berpetualang fikir

Perlu energi pisau ilmu yang tajam

Perlu extra amunisi mental cadangan

Karena gempuran beliung pataka akan datang dari semua penjuru Pikir

Sekarang aku berani berjalan sendiri

Berbelok ke kiri atau ke kanan.

Berhenti kapanpun.

Kemana saja.

Tanpa ada rintangan

Karena Aku sudah punya SIM akal Bebas Rambu

Dapat Bersilancar digelombang ombak jagat Alam Raya

Semua Rambu-rambu Penghalang itu ternyata hanya hayalku

Tersandung  pada fatwa khayali

Kini aku telah bisa tersenyum

Saat menonton lakon babad tutur pinilur saur sepuh itu

Dapat menghirup aliran udara sinar nur alam

Bersama Ibu Alam yang  kasih

Menjadi bagian darinya

Ketika kelak Sampai diujung ufuk langit

Aku tak akan kuat lagi

Lalu menjadi bangkai dan membusuk

Sesungguhnya aku disiapkan sebagai Rabuk

Nutrisi Alam untuk mahkluk berikutnya

Untuk Kelangsungan Ibu Alam itu sendiri

Ya sudah, semuapun tak berdaya menolaknya

Hanya sampai disitu

Berhenti disingasana keabadian

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s